Ternyata ini maksud Gebyag Reyog Obyog setiap tanggal 11 di seluruh Desa dan Kelurahan di Ponorogo

 

Ipong Muchlissoni saat pagelaran Seni Reyog Ponorogo

Ponorogo – Suara Jatim

Gebyag Reyog Obyog yang dilakukan diseluruh desa dan kelurahan yang ada di Ponorogo setiap tanggal 11 setiap bulannya itu memiliki arti yang penting untuk kelestarian budaya yang menjadi ciri khas di Kabupaten Ponorogo itu.

Hal itu disampaikan oleh Ipong Muchlissoni, Calon Bupati Ponorogo nomor urut dua dalam sesi debat publik tahap pertama yang dilakukan beberapa waktu yang lalu.

“Gebyag Reyog Obyog setiap tanggal 11 tiap bulannya itu adalah untuk memastikan setiap desa miliki Reyog Ponorogo. Tidak hanya perangkatnya saja, tetapi juga memiliki para seniman Reyog Ponorogo. Setiap desa memiliki Pembarong, Bujangganong, Kelono Sewandono, Jathil dan juga penabuh gamelan,” Terang Ipong Muchlissoni.

Jika ada desa yang tidak melakukan Gebyag Reyog Obyog maka akan kita evaluasi. “Jika tidak memiliki perangkat Reyog maka akan segera dibantu. Jika ada desa yang memiliki Reyog tetapi belum memiliki seniman maka mereka segera melatih seniman-seniman yang ada, sehingga akan lahir seniman-seniman reyog dari generasi muda yang ada. Sehingga setelah beberapa bulan dilakukan secara rutin maka sebagian besar desa dan kelurahan di Ponorogo memiliki perangkat Reyog Ponorogo dan juga senimannya,”Lanjut Ipong.

Ipong juga menambahkan, Gebyag Reyog Ponorogo yang dilakukan rutin itu selain melestarikan seni budaya kebanggan Ponorogo itu juga menghidupkan perekonomian di desa setempat. “Penjual makanan, minuman, mainan akan laris saat itu. Kedepan akan terus kita lakukan, hanya tidak serentak namun bergiliran. Jadwalnya akan kita sebar, sehingga akan membuat wisatawan yang datang ke Ponorogo akan menuju desa atau kecamatan yang menggelar Gebyag Reyog Obyog sesuai dengan jadwal yang telah diberikan. Ini kita lakukan agar Seni Reyog bisa terus lestari dan membawa dampak ekonomi bagi masyarakat Ponorogo.” Pungkas Ipong Muchlissoni. (Mar/Jan)